About Me

My photo
saya dengan segala yang ada mencoba untuk terbiasa,,, mencoba mencari makna,,, mencoba menghargainya,,, karena saya sadar hidup adalah takdir Tuhan!!! jalan hidup adalah simbol bagaimana kita menyertai Tuhan dalam setiap langkah...

Thursday, December 30, 2010

Tentang Aku yang Mulai Merasa



          mau di akhiri tapi hati ini tak mengizinkan...
mau di lanjutkan tapi hati selalu berteriak hancur dalam hitungan detik,jika pikiran buruk itu muncul lagi menyelibat diantara semangat hati yang kini mulai redup..pemikiran bahwasanya hanya ada seorang dia dalam imaji mu...
Dan harus apa hamba Tuhan..?

detik lalu tepat ketika sorot itu menyapa dalam keangkuhan menatapku...
atau ketika senyum pun terlukis namun bukan untuk seorang aku,,tapi untuk seorang dia,,kamu menganugrahkan ukiran bibir yang manis itu...
dan ketika semua itu ada dalam keseharian kita kini...haruskah aku bertahan???

mungkin untuk mengambil langkah berani memutuskan menyukai seorang kamu dahulu,,aku menyakiti hati yang telah lebih dulu peduli akan keberadaan seorang aku...namun semua itu ku kesampingkan...bukan untuk menyakiti,,,tapi untuk menghormati sebuah rasa yang entah mengapa ada,,sejak detik yang tak kuketahui permulaannya...rasa itu ada karenamu,,entah sejak kapan...

dan aku pun mencoba untuk mulai berani memahami,,,
bahwa keberadaanmu memang bukan untuk seorang aku...mungkin tindakanmu memilih dia untuk mendampingi langkahmu adalah karena keinginan hati,,,seperti aku yang melakukan hal itu terhadap mu...

biarlah waktu yang bertindak,biar ia yang menjawab segala sujud dan rangkaian doa serta pengaduan ku dengan Tuhan...

aku biarkan diriku kini terkunci diantara hati yang mencintai aku dengan tulus, walaupun aku ragu,,tapi aku yakin,,aku pasti bisa menghormati keberadaannya kelak,,dan tak luput harapku menginginkan senyummu slalu hadir diantara hadirnya seorang dia dalam hidupmu kini...

dan aku mulai belajar mencinta seorang dia kini,,,dia yang memang telah lebih dulu menganggap aku ada...dan mungkin inilah jawaban Tuhan,,,tak selalu seperti apa yang diharapkan memang,,,tapi mungkin ini yang terbaik..terbaik buat aku,kamu dan mereka,,,mereka berdua yang kini ada dalam garis kehidupan seorang kita....


FOR : TENGIL KU =)

Monday, December 27, 2010

Tolong buat aku terbiasa dalam gelap

Kadang aku berpikir... aku bisa terbang diatas awan
Tapi aku tau...  itu hanya khayalan bodoh seorang keledai
Kadang aku berpikir akar mampu menopang batang, ranting, daun, buah, bunga atau apapun itu
Tapi seketika pohon tumbang diterpa badai

Ketika jingga mulai menampakkan pesonanya
Bukan senyuman yang terukir dalam langkah
Tapi ketakutan akan malam yang kian dekat
Mematahkan tulang rusuk dalam kegelelisahan

Tiba-tiba lentera itu datang
Ah... secercah ketenangan kini hadir diantara kelam
Namun ia meredup karena terlalu lama menanti mentari
Mengais kini aku dalam gelap
Sendiri menanti pagi
Bersembunyi di balik bilik yang kian merapuh

Tuhan... aku tau Tuhan itu ada
Maka kutadahkan tanganku untuk berucap doa
Bukan meminta pagi untuk datang lebih cepat
Bukan meminta lentera kembai berpendar
Tapi Tuhan aku mau....
Engkau membiarkan aku mencintai malam
Engkau membiarkan aku terbiasa hidup dalam kelam
Hingga jiwa ku tumbuh menjadi tegar
Hingga kakiku tak segan melangkah dalam gelap
Hingga aku bersahabat dengan detik waktu yang ditakdirkan

Sunday, December 26, 2010

Jangan Pernah Akhiri Peran yang Kita Mainkan


Kita terpaut dalam satu cerita
Menjadi aktor yang memainkan peran
Dalam setiap adegan menunjukkan akting yang terhebat
Kadang kita tertawa
Atau terkadang kita terisak

Saat timur nya dunia benderang oleh cahaya
Embun membasahi daun-daun yang sempat mengering
Kemudian seketika sang raja cahaya tepat diatas ubun
Kita bersama... berlari dalam terik
Kadang keluh kesah terdengar
Memekakkan telinga... merobekkan hati
Tapi kita sama-sama saling menguatkan sendi
Dengan tubuh kita saling membantu berdiri
Saat salah satu dari kita lumpuh
Dan kita mencoba mengangkat nya bersama
Terus dan terus mencoba mengikatkan tangan dan kaki kita
Mencoba mengaitkan kembali rangka yang mungkin tergoyah
Atau menyambung syaraf yang mungkin terputus

Ketika congkak dan keegoisan menjadi ratu dalam langkah
Saat itu kita meratap..
Menyesali jalan yang berkelok...mengusik peran protagonis yang kita impikan
Tapi ah... ini pendewasaan
Biarkan karang tetap dilaut untuk memecah ombak
Karena tanpa nya ombak terlalu bebas menyapu pasir putih di pesisir
Dan kita tak punya alasan untuk menderaikan air mata
Karena bagi kita... airmata simbol suci keagungan dari arti kebersamaan
Kita....
Dan semua peran...
Tak kan tergoyah dalam akhir bab apapun
Meski sutradara memaksa untuk menghentikan alur cerita
Karena kita telah jatuh cinta pada semua adegan yang terlanjur kita perankan
Karena peran kita bukan fiksi melainkan nyata
Sahabat..
Sesuatu yang tak pernah memiliki nilai jual
Karena itu kita selalu menjaga harta yang telah Tuhan beri
Karena sungguh ini sangat berharga

untuk ashna, tia, ery, dan hani
sahabatku

Friday, December 24, 2010

Hanya Sekedar Kata

Takut... tak dapat melihatmu lagi tengilku. Perih... ketika aku  tau detik semakin menunjukkan akhir. Aku tau bahwa akhir itu memang selalu ada untuk awal yang tercipta, kecuali keberadaan Tuhan yang tak mempunyai batas. Tengil... masa-masa ini telah aku lewati dengan batin yang selalu tertahan. Kadang aku tersenyum untuk sesuatu yang mungkin sebenarnya biasa dan terkadang aku menangis untuk ketidakpastian rasa. Aku dengan mu yang mempunyai sekat, memisahkan keberadaan raga diantara kita. Memang benar mustahil untuk meruntuhkan sekat itu, tapi aku tetap menggebu menginginkan itu bisa terjadi dalam lapak yang kupijak. Aku ingin menyatukan jiwa, aku ingin menyatukan rasa, aku ingin menyatukan kita...
Kala pertama kali rasa itu datang, aku seperti berjalan diatas rumput yang basah karena embun. Sejuk.. bahkan aku sampai terlupa arah langkah yang seharusnya aku lalui. Kini aku tersesat, bahkan embun diantara rumput pun kini mulai menguap karena mentari kian memanaskan jagat. Ah...  gersang, bukan hanya telapak ku yang harus merintih. Ubun-ubun ku pun tak mampu menahan terik. Kini keringat mulai membasahi dahi ku. Aku terlalu rapuh untuk berdiri menyusun sendi yang melemah, tapi mimpi itu menjadi sumber energi untuk aku kembali tegak berdiri. Sepanjang jalan kini hanya ilalang yang tampak pada bola mata yang mulai lelah untuk menatap. Terus berjalan tanpa arah. Kadang sesekali aku berteriak, meminta pertolongan. Tapi siapa yang mau menuntun jemari jika aku tersesat sendiri di jalan yang tak berpenghuni.
Kini jingga yang hadir melukiskan awan. Indah... dan aku menari sendiri. Masih diantara ilalang dalam suasana kesendirian. Bukan aku mulai menjadi manusia yang mengidap gangguan jiwa karena menari sendiri tanpa alunan melodi. Tapi aku mulai mencoba merasa nyaman dengan semua yang ada. Menikmati perjalanan skenario yang tanpa sadar aku perankan. Jingga mulai meredup, tapi bulan mencoba bersahabat dengan malam walau hanya berbentuk sabit. Tanpa tersadar dipertengahan malam aku sudah berada pada suatu tempat, gubuk kecil yang rapuh. Aku berhenti bermalam... mengambil napas panjang. Jika besok mentari datang kembali, aku berjanji untuk bisa berlari. Mencari kembali, dimana jalan yang seharusnya aku lalui. Tiba disuatu pagi, aku segera berlari. Saat aku tetatih dalam napas yang terengah, tiba-tiba aku kembali terisak dalam sendu. Kau yang dengan tengilnya membuyarkan semangatku untuk kembali dalam jalan yang seharusnya aku berada, mewujudkan hasrat menggebu untuk menghilangkan sekat yang menjadi pembatas. Kau terlalu cepat untuk pergi dalam ruang dan memilih untuk menghancurkan sekat mu untuknya. Menyatukan jiwa mu dengannya, menyatukan rasa mu dengannya, kalian benar-benar bersatu. Lalu aku menjatuhkan lutut yang mulai gemetar dalam tapak. Diam tanpa kata. Hatiku patah. Dan entah harus bagaimana aku melanjutkan langkah.
Terlalu banyak yang bertanya tentang kemana aku menghilang, tentang mengapa aku terdiam. Tapi aku membungkam cerita. Bukan karena aku tak percaya pada semua yang telah berbaik hati bertanya tentang keterpurukanku. Tapi aku tak mau mengumbar sedih, biar aku sendiri yang berjuang menetralkan rasa. Aku hanya mengadu nasibku pada Tuhan. Tentang perih yang datang. Tentang perasaan yang mengobrak-abrik diri. Begitu dan terus begitu. Tentang sebuah kebiasaan untuk melalui kelabu, maka kini aku merasa mencapai titik kedewasaan. Aku yang mulai bertahan dibawah terik, aku yang mulai menikmati tarian kesendirian diantara jingga, aku yang mulai menghargai keberadaan bulan walau hanya sabit. Kini aku mengerti Tuhan mendatangkan mu agar aku bisa mengerti bahwa jatuh itu sakit, tapi saat jatuh aku harus bisa belajar untuk kembali bangkit berdiri. Terimakasih Tuhan atas pembelajaran yang sangat bermakna untuk diri. Terimakasih tengil karena kau mengajari aku tentang ketulusan untuk mencintai.

“entah sejak mulai kapan senyum bibir mu itu tampak direlung hatiku,,,entah sejak kapan aku mulai mencuri waktu diantara sela-sela kesibukanku hanya untuk bisa mengetahui kamu ada didekatku saat ini,,,entah mulai sejak kapan aku peduli semua tentangmu...tentang kamu yang tak pernah memperdulikan aku,,,tentang kamu yang seakan acuh akan keberadaan ku disampingmu...aku tak pernah mengeluh,,,aku tak pernah mengais ingin dicinta oleh seorang kamu...karena aku yakin cinta itu akan hadir diantara kita nanti, jika Tuhan memang mau memberikan anugerah seorang kamu untuk bisa hadir dalam kisah perjalanan hidup seorang aku...untuk bisa memberikan warna-warni diantara gelapnya kehidupan...tapi jika Tuhan berkata tidak tentang kebersamaan kita...tak apa,,,seorang aku pasti bisa tegar menghadapi semua...menerima bahwa kamu memang terlalu indah untuk dimiliki seorang aku...Takkan kubakar dan kujadikan abu setiap untaian cinta yang setiap detik kutuliskan untukmu...biarlah semua kusimpan rapat dalam museum kehidupan yang aku miliki...biar ini menjadi cerita manis yang senantiasa tetap bisa buat aku tersenyum jika nanti kutatap bintang yang melambangkan auramu...semua kata ini ada karena mu...”

untuk tengil..